Kamis, 18 Agustus 2011

Hati-hati Daging Haram Selama Ramadhan dan Menjelang Idul Fitri

Permintaan daging setiap puasa dan Lebaran selalu meningkat. Harga pun tergerek naik. Entah karena stoknya yang kurang sedangkan permintaan melonjak naik, atau disebabkan ada permainan spekulan sehingga harga daging meroket. Namun yang sudah pasti kenaikan harga selalu memberatkan masyarakat karena daging adalah kebutuhan yang begitu dibutuhkan masyarakat pada bulan Ramadhan terutama pada Hari Raya Idul Fitri.

Hari-hari menjelang Lebaran, kebutuhan daging begitu besar dan harganya selalu melambung naik. Setali tiga uang, kesempatan menangguk untung yang sebanyak-banyak berujung pada kecurangan pedagang yang menjual daging sapi gelonggongan, daging oplosan dan ayam tiren (ayam mati kemaren).

Tentu saja masyarakat sangat dirugikan dengan ulah oknum pedagang tersebut. Sebenar dalam KHUP ini masuk kasus penipuan dan selayaknya si pelaku diganjar hukuman penjara. Namun sepertinya pemerintah dan badan pengawas terkait masih setengah hati melakukan tindakan. Padahal nyata-nyata daging haram tersebut sangat berpengaruh negatif bagi kaum Muslimin. Memakan daging haram tersebut dapat berefek pada ketidaksempurnaan dalam beribadah karena doa orang yang memakan makanan haram itu tidak diijabah oleh Allah, belum lagi amalannya yang tidak diterima serta menimbulkan kegelisahan hati. Efeknya memang tidak hanya sebatas pada hal ketidakkesempurnaan dan kekhusukan beribadah, tapi berisiko juga terhadap kesehatan.

Masyarakat harus jeli dan teliti sebelum membeli daging sehingga tidak salah beli daging haram. Untuk itu, ada baiknya kita mengetahui antara perbedaan sapi segar yang halal dengan daging gelonnggongan, daging oplosan dan ayam tiren.


Daging gelonggongan adalah daging yang didapat dari hewan yang sebelum disembelih terlebih dahulu diminumi air secara berlebihan. Bahkan, tak jarang hewan bersangkutan pingsan karena kelebihan minum, baru dipotong. Tujuan dari pemberian minum berlebih itu adalah untuk mendapatkan timbangan lebih berat sehingga harga jual yang diperoleh secara curang ini lebih mahal.

Adapun ciri-ciri daging gelonggongan, yaitu memberatkan tubuh kambing atau sapi dengan memberikan air sebanyak-banyaknya. Biasanya
1. Dijualnya tidak dengan cara digantung, melainkan digeletakkan di meja atau papan.
2. Kadar airnya sangat banyak, dapat dilihat di lantai tempat jualnya. Akan terlihat banyak air bercampur darah.
3. Warna daging lebih pucat karena kebanyakan mengandung air.
4. Daging lembek dan cepat busuk.


Sedangkan daging oplosan dilakukan dengan mencampur daging sapi dengan daging celeng atau babi hutan. Daging oplosan ini memiliki ciri-ciri:

1. Serat daging celeng lebih lembut.
2. Warna daging celeng lebih muda.
3. Aroma daging celeng lebih lemur.

Pembeli harus benar-benar teliti membeli daging ayam. Lebih baik membeli yang masih hidup dan melihat sendiri penyembelihannya. Namun, ada juga yang membeli ayam yang sudah dikuliti karena alasan lebih praktis. Tapi harus tetap hati-hati, perhatikan ciri-ciri ayam tiren (mati kemaren) berikut ini:


1. Dagingnya terdapat bercak darah atau memar, tidak mulus seperti ayam potong ketika hidup, biasanya memiliki warna agak kebiru-biruan.
2. Kalau dipegang kulitnya licin dan mengkilat, karena pakai formalin.



Namun sejatinya, pengawasan ketat dan penindakan tegas terhadap pedangang nakal tersebut adalah solusi yang bisa meminimalisir beredarnya daging haram selama Ramadhan dan Lebaran. Tidak cukup hanya diberi teguran dan pembinaan harus diberi sanksi keras kapan perlu dipenjarakan. Karena adalah hak masyarakat untuk mendapatkan jaminan daging yang mereka konsumsi adalah halal dan sehat.


[sumbr: kesehatan.kompasiana.com ]

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes